Birunya samudera kujejaki, melintas pada ambang senja Nusantara
Gegap gempita kawula praja, di balik laku mengikutserta
Beratus tahun berjuta hari, menyiratkan gemilang cahyaning kawijayan
Riuh redam pergolakan dalam gelanggang, sudah tak terhindarkan
Itulah embusan angin kanuragan, bergelut tahta dan kedudukan
Manis-manis senyuman kembang desa, sepanjang pesisiran Jawi Wetan
Menapak kaki berpijak pada bumi hijau nan menawan
Mata tak berkedip, rasakan keagungan Sang Hyang Wenang
Sampailah pada istana yang diimpikan, yang jadi kebanggaan.
Tanganku tak berhenti tuk tergerak, menarikan pena pada selembar jiwa hampa
Tak dapat kutinggalkan harta permata
Hanyalah sebuah prasasti dan aksara cakra
Agar aku abadi dalam benak kawula praja
Prasastiku, pada batu keramat tengah alas
Alas gung liwung-liwung hadirkan harmoni yang membekas
Menggugur rindu pada Ratu bermandi emas
Aksaraku, simbol gejolak hati tertumpah ruah
Terngiang sesepuh pandita Agung mengucap petuah
Tinggalkanlah aksara, dengan ukiran yang menawan
Lontar dan batu jadikan pelampiasan
Satu wujud cintamu pada indahnya dunia tulisan
Agar namamu selalu terkenang, semerbak di relung keheningan
Prasasti dan aksaraku
Dengan bimbingan para sesepuh, pujangga bersyair menawan
Memahat lempeng batu, mengukir selembar lontar
Membias senyuman dirgantara yang berbinar
Kelak, ratusan tahun aku akan hadir kembali
Pada sebidang tanah penumbuh bunga sastra
Kembaliku bergelar Sang Aji Alfath Wisnuwardhana
Menyuarakan syair dan cerita bersama para pujangga
Alfath Wisnuwardhana
Selamat Ulang Tahun Ayo Menulis
Malang, 07 Februari 2018