Sesaat beribu-ribu langkahku menjauh darimu,
entah kenapa kudengar rintih tangismu memanggil namaku.
Namun, karena penyesalan yang terukir atas namamu, aku enggan berbalik langkah.
Sesaat lipatan-lipatan kenangan indah bersamamu mulai timbul di permukaan malamku,
saat itu pula kututup rapat-rapat hingga tiada celah untuk kutengok kembali wajahmu.

Namun.. Aku hanya seorang biasa, yang tak berdaya melawan titah Tuhan ku.
”
Malam itu, tanpa kuduga jauh sebelumnya,
mendadak kita berpapas wajah dan satu persatu kata-kata ini mulai terjatuh di malam kita bersua.
Sore tadi!
kudapati engkau sedang makan denganku, di meja yang sama
Ilham Ubaidillah
Semarang, 20 Januari 2018